Lautan Kehidupan

kadang aku merasa seperti buih ombak dilautan
berkejaran menggapai pantai yang menjadi muara kehidupan
mengkikis pasir pantai yang menjadi korban sebuah pertunjukan
panggung drama yang tak pernah berhenti dari masa adam

kadang aku pun merasa seperti pohon kelapa dipesisir pantai
mendawai bagai lambaian tangan dari kejahuan
memanggil setiap jasad ntuk datang sekedar menegakkanku
dari angin pantai yang sedetik saja tak berhenti menggoyahkanku
dingin dan panas tak mengapa asal layar itu tetap berkibar diujung samudera
menjelajah setiap langkah-langkah sejarah yang tak lagi menjadi kebanggaan kita

aku hanya ingin seperti karang itu,
yang keras bagai prasasti yang tak pernah lekang meski termakan zaman
melewati berbagai peristiwa yang menjadi kisah sejarah yang tak terlupakan

namun aku ingin tetap menjadi aku
menjadi bagian dari sejarah baru yang akan tercipta

teka-teki kerinduan

jarak ini masih terbentang jauh didepan
masa penantian masih menganga dihadapan
jujur aku sangat merindukan kalian
seperti rindu bintang kepada sang bulan
tetapi janji itu belum mampu kulaksanakan
terbentur waktu yang sukar ditaklukan

ini bukan sebuah ungkapan kata menyerah
hanya sebagai pengingat diri hamba makhluk yang lemah
yang selalu membutuhkan tangan sang maha pemurah
jika saatnya nanti aku kembali
ingin selalu kupeluk kalian dalam kasih sayang
mungkin hanya takdir kematian yang mampu memisahkan

kuingin kebersamaan itu tak lantas cepat berlalu
hanya sebuah harapan seorang hamba yang tak tahu malu
wahai waktu kau seperti teka-teki
entah sampai kapan mampu kuungkap tabir kehidupan ini

kekasih sejati

Kegelapan telah lama menyelimuti hati, hingga arah dan tujuan bagaikan simpul mati..
menunggu nabi pembawa risalah ilahi.. kekasih sejati hati..

kekasih.. kau bagai rumput hijau tumbuh di padang sahara..
Memberikan keindahan di hamparan gersang kehidupan..
kekasih.. kau bagai gerimis hujan di musim panas..
membasahi hati yang telah lama kekeringan karna kerasnya kejahilan..

Kekasih.. aku merindukanmu.. sungguh..
apakah dibalik hijab yang tebal itu engkau pun merindukanku.. kekasihku..
terlalu lama aku menanti pertemuan itu.. hingga terkadang kau sedikit kabur dari penglihatanku..
ku langgar nasehatmu.. kunodai cinta murnimu..

kekasih.. maafkanlah aku..
masih adakah sedikit ruang kecil untuk namaku disudut hatimu.. kekasihku..
meski kutahu ketika detik-detik ajal menjemputmu kau memanggil-manggil nama kami.. ummatku.. ummatku.. ummatku..
namun apakah kami ini umat yang selalu kau sebut itu.. yang kau sanjung sepanjang waktu..
apakah kami umat yang kau harapkan itu.. yang mampu menegakkan keadilan di penghujung jalan kehidupan yang semu..

apakah kami malah menjadi umat penabur hasud dan kedengkian.. penegak permusuhan.. dan pemimpin yang mengangkat kepala karna kejahatan.. ya Allah.. kami berlindung kepada-Mu dari keburukan dunia yang fana ini..

walaupun begitu kau tetap memberikan syafa’at kepada kami..
ketika kaki ini tergelincir kedalam jurang penuh penyiksaan.. saat dimana tak ada diantara manusia yang saling memberi pertolongan.. engkau berdiri dihadapan kami mengulurkan selendang pemberat timbangan amal perbuatan..

kaulah sepaling baik kekasih.. sepaling indahnya cinta.. dan sepaling mulianya akhlak.. kaulah nabi yang kami cintai.. Muhammad ibni ‘abdillah.